Penanganan intensif terhadap korban-korban insiden kecelakaan pra-latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI di Natuna, Kepulauan Riau, terus dilakukan pihak TNI.
Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadispenad) Brigjen TNI Alfret Denny Tuejeh mengatakan, jenazah empat orang prajurit TNI AD yang menjadi korban dalam insiden kecelakaan latihan di Natuna telah diberangkatkan menuju ke daerah asal masing-masing.
“Jenazah almarhum Pratu Marwan dibawa ke Pekanbaru, jenazah almarhum Kapt Arh Heru Bahyu ke Padang, jenazah almarhum Pratu Ibnu Hidayat ke Semarang, dan jenazah almarhum Praka Edi ke Palopo,” kata Alfret dalam keterangan resmi, Kamis (18/5/2017).
Alfret menjelaskan, secara teknis kanon 23mm/Giant Bow yang digunakan dalam latihan tersebut dalam kondisi baik dan dipelihara dengan baik di satuan Yonarhanud-1/K.
Kini lanjut Alfret, tim dari TNI AD tengah melakukan investigasi untuk mengetahui penyebab insiden yang menewaskan empat prajurit TNI dan delapan lainnya luka-luka. “Hasil investigasi yang dilakukan oleh tim dari TNI AD nantinya akan dilaporkan kepada Panglima TNI,” ucap Alfret.
Spesifikasi Kanon Giant Bow Buatan China yang Mengakibatkan Gugurnya 4 Prajurit TNI
Kabar duka datang dari Tentara Nasional Indonesia (TNI), empat prajurit TNI AD gugur saat mengikuti gladi bersih pembukaan Latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI di Tanjung Datuk, Natuna, Kepulauan Riau, kemarin, Rabu 17 Mei 2017.
Insiden itu terjadi akibat meriam yang digunakan mengalami gangguan teknis, yakni hilang kendalinya meriam ZU-23 atau kanon Giant Bow.
Kanon Giant Bow merupakan senjata penangkis serangan udara jarak sedang buatan negara China yang diproduksi tahun 2000.
Perangkat ini terdiri atas meriam 23 mm/Giant Bow dan kendaraan BCV (Battery Command Vehicle). Meriam 23 mm/Giant Bow adalah kategori twin gun, karena memiliki laras ganda kaliber kecil.
Alutsista ini merupakan senjata efektif untuk melawan sasaran udara yang terbang rendah serta memberikan aplikasi pengoperasian pertahanan udara dengan mobilitas tinggi. Saat ini kanon Giant Bow digunakan Arhanud TNI AD sebagai pertahanan titik. Konon, TNI memiliki belasan unit yang tersebar di satuan Arhanud TNI AD.
Meriam ini dapat dioperasikan dalam tiga mode yakni Mode otomatis penuh (dikendalikan secara penuh dan otomatis melalui BCV). Yang kedua adalah mode semi otomatis (Di kendalikan dengan dukungan tenaga listrik dari baterai yang di miliki meriam itu sendiri).
Ketiga adalah mode manual yaitu di kendalikan oleh awak meriam. Kendaraan BCV bukan hanya sebagai sistem komando namun merupakan FCS (Firing Control System) dari senjata meriam 23 mm/Giant Bow.
Pabrikan senjata Norinco milik negara China ini, mengembangkan Giant Bow dari senjata yang sama atau jiplakan buatan Soviet yang benama Zu-23- 2 Sergey. Di Indonesia senjata pertahanan udara sejenis Giant Bow ini juga sudah digunakan sebelumnya yaitu turunan dari Zu-23-2 yang modern yakni Zur-23-2KG Gun/ Misille.
Sebelumnya, Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen TNI Alfret Denny Tuejeh mengatakan, kecelakaan terjadi saat geladi bersih kedua menjelang pembukaan latihan PPRC di Natuna.
“Telah terjadi kecelakaan latihan pada saat geladi bersih kedua. Kemarin dilaksanakan geladi bersih pertama dan semua berjalan lancar,” kata Alfret saat dihubungi wartawan, Rabu 17 Mei.
Alfret mengatakan, kecelakaan terjadi saat personel TNI berlatih menembak altileri pertahanan udara. Kecelakaan terjadi sekitar pukul 11.00 WIB siang tadi. “Ada empat korban meninggal dunia, dan beberapa orang mengalami luka-luka,” ujar Alfret.
Selanjutnya, kata Alfret, korban meninggal dunia segera dipulangkan ke rumah duka. Sementara, korban luka-luka segera dievakuasi ke rumah sakit terdekat. “Korban luka segera dievakuasi ke RS terdekat.
No Responses